Goldman Peringatkan Kemungkinan Intervensi FX dari Pemerintah AS

Goldman Peringatkan Kemungkinan Intervensi FX dari Pemerintah AS. Rumor sekitar kemungkinan intervensi mata uang AS semakin meningkat ketika Goldman Sachs Group Inc. kini mempertimbangkan gagasan yang telah populer di Wall Street.
Berulang kali keluhan Presiden Donald Trump tentang praktik valuta asing negara lain telah “membawa kebijakan mata uang AS kembali ke garis depan bagi para investor,” tulis ahli strategi Michael Cahill dalam sebuah catatan Kamis. Di tengah latar belakang kepanikan perdagangan yang menciptakan persepsi bahwa “segala sesuatu mungkin terjadi”, kemungkinan AS akan bertindak untuk memurahkan dolar semakin meningkat, katanya.
AS terakhir melakukan intervensi di pasar FX adalah pada 2011 ketika melangkah bersama dengan rekan-rekan internasional setelah yen melonjak pasca gempa bumi dahsyat tahun itu di Jepang. Upaya itu mendukung dolar. Namun, lebih banyak analis dalam beberapa pekan terakhir telah mempertimbangkan gagasan wild-card bahwa AS dapat secara paksa melemahkan dolar. AS belum mengambil langkah itu sejak tahun 2000.
Baca juga: Dolar Kritis karena Isu Gencatan Senjata Gagal Melawan Taruhan Fed
“Kemungkinan intervensi FX langsung oleh AS rendah tetapi makin meningkat,” catat Cahill. “Walaupun ini akan bertentangan dengan norma-norma selama dekade terakhir, bank sentral negara maju baru-baru ini telah menggunakan neraca mereka secara lebih aktif, dan intervensi FX mirip dengan kebijakan moneter yang tidak konvensional.”
Anggota Bertambah
Goldman bergabung dengan para analis dari bank seperti ING dan Citigroup Inc. dalam memprediksi prospek tersebut. Intervensi telah menjadi topik hangat sejak Trump mengeluarkan tweet pekan lalu bahwa Eropa dan Cina memainkan “permainan besar manipulasi mata uang.” Dia meminta AS untuk “TANDINGI, atau terus menjadi boneka.”
Terdorong sebagian oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve, dolar telah menguat terhadap banyak mata uang lainnya. Ukuran trade-weighted Fed terhadap USD tidak jauh di bawah yang terkuat sejak 2002, menggarisbawahi hambatan kompetitif yang dihadapi ekspor Amerika di luar negeri. Trump telah khawatir bahwa kekuatan mata uang akan merusak agenda ekonominya yang juga menjadi sumber kritiknya terhadap bank sentral AS.
Dalam tweet pada hari Kamis, di mana Trump mengkritik rencana Facebook Inc. terkait rencana mata uang digitalnya, presiden terang-terangan mendukung greenback dengan menyebutnya sebagai “sejauh ini mata uang yang paling dominan di dunia.”

Mungkin ada beberapa benang kusut yang perlu dipertimbangkan terkait intervensi, catat Cahill. Walaupun Departemen Keuangan dan The Fed biasanya memiliki kontribusi dalam jumlah yang sama sebelumnya, jika The Fed memilih untuk tidak berpartisipasi, itu akan “secara substansial membatasi” skala potensial, katanya. Exchange Stabilization Fund milik Treasury memegang sekitar $ 22 miliar dalam bentuk greenback dan sekitar $ 50 miliar dalam hak penarikan khusus yang dapat dikonversi, di samping euro dan yen.
Yang pasti, bahkan jika Departemen Keuangan bertindak sendiri, “kami berharap bahwa kepentingan simbolis dari langkah ini masih akan memiliki efek pergerakan pasar yang signifikan,” tulisnya.
Latar Belakang Perdagangan
Tidak mudah untuk menyebabkan dampak yang bertahan lama pada pasar yang memperdagangkan sekitar $ 5 triliun setiap harinya. Dalam sejarah intervensi, bank sentral berbagai negara biasanya bertindak bersama, memperkuat sinyal kepada investor. Tapi kali ini, AS sepertinya akan sendirian, terutama jika upayanya akan merugikan para sekutu Amerika apalagi ketika ketegangan perdagangan mulai meningkat.
“Komunitas internasional tidak mungkin pada tahap ini untuk berkoordinasi dengan AS untuk melemahkan dolar,” kata Cahill.
Ada juga pertanyaan apakah masuk akal bagi AS untuk meningkatkan kepemilikan mata uang dengan yield rendah yang akhirnya akan dibeli jika ia menjual dolar.
Baca juga: Goldman Melihat Signifikansi untuk Kekuatan Rand
Intervensi oleh AS akan meningkatkan portofolio euro, yen, dan terutama yuan Tiongkok, tulis Sebastien Galy, ahli strategi makro senior di Nordea Investment Funds. Cadangan AS dalam euro dan yen “dalam skenario kasus dasar tidak menghasilkan apa-apa.”
Pasar belum menunjukkan banyak kekhawatiran tentang prospek intervensi AS. Ini terlihat dari volatilitas mata uang global ini yang berada pada level terendah lima tahun. Namun, risiko Trump mengambil tindakan melampaui kata-katanya untuk melemahkan greenback akan meningkat jika Bank Sentral Eropa mengejar stimulus moneter lebih lanjut, menurut analis di ING dan Societe Generale.
“Dalam dalam perang mata uang yang semakin intensif terhadap Eurozone (Jerman), ia akan menginstruksikan Departemen Keuangan AS (melalui NY Fed) untuk melakukan intervensi secara langsung dan secara sepihak untuk mendorong dolar lebih rendah,” tulis ahli strategi SocGen global Albert Edwards dalam sebuah catatan Kamis. “Saya terkejut dia belum melakukannya, tetapi pelonggaran tambahan ECB pasti akan mendorong dia untuk melakukannya.”
Sumber: Bloomberg